RS Bali Mandara Menerapkan Pengobatan Tradisional
Sejak beroperasi pada 28 Maret 2022, Poliklinik Kesehatan Tradisional Rumah Sakit Bali Mandara telah banyak menerima pasien untuk berobat.
Dari data per tanggal 28 Maret-24 Mei, total sebanyak 133 pasien telah berobat.
Hal tersebut disampaikan oleh Penanggung Jawab dan Praktisi Pengobatan Tradisional di Poliklinik Kesehatan Tradisional Rumah Sakit Bali Mandara, Gede Suardana,
Poliklinik Kesehatan Tradisional merupakan poliklinik yang bertugas membantu pasien dalam mengobati sakit akibat non medis.
Hal tersebut juga tercantum dalam Peraturan Gubernur Bali No 55 Tahun 2019 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali.
Pengobatan tradisional ini pun termasuk yang pertama kalinya ada di rumah sakit di Bali sebagai upaya penyembuhan alternatif.
Gede Suardana mengatakan, tahapan dalam proses pengobatan di poliklinik ini tak lepas dari keterkaitan antara medis dan non medis.
“Medis dan non medis menjadi satu dan tidak boleh pisah karena memiliki tujuan yang sama, yaitu kesembuhan pasien dan peningkatan kualitas hidup pasien,” sebutnya.
Menurutnya, adapun tahapan ketika pasien datang ke rumah sakit, yakni pasien akan diperiksa secara medis, diantaranya pemeriksaan tensi hingga fisik. Lalu pasien akan ditanyakan tentang riwayat sakitnya.
“Setelah kami scan atau analisa pasien tidak ada non medisnya, tentunya akan kami kembalikan kepada dokter kalau memang itu memerlukan medis murni,” kata Gede Suardana.
Namun, kata Gede Suardana, jika setelah dianalisis melalui riwayat penyakit pasien, kemudian berobat berulang-ulang dan tidak sembuh bahkan sampai bertahun-tahun, di sanalah ia sebagai pengobat tradisional melakukan keahliannya.
“Dengan sastra Aksara Bali tersebut saya bisa membangkitkan inner power pasien. Ketika inner power pasien meningkat, akan ada rasa panas dan ini artinya non medisnya beraksi,” ungkapnya.
Kemudian, dilanjutkan pemeriksaan secara refleksi untuk mengetahui organ mana saja yang sudah diikat atau dirusak oleh non medis tersebut.
“Kalau sudah diketahui organ yang diganggu, kami bisa fokus pengeluaran non medis. Kemudian tahap selanjutnya mengeluarkan ikatan-ikatan yang ditimbulkan oleh non medis di organ tersebut, lalu pembersihan dan akupuntur,” paparnya.
Menurutnya, bagi pasien yang sudah mengalami sakit non medis lama atau hingga bertahun-tahun akan diminta untuk melakukan puasa mutih atau hanya minum air putih dan mengonsumsi nasi putih selama 3 hari sembari japa dengan aksara Bali.
Hal ini berguna agar inner power dari pasien bangkit dan melemahkan ikatan non medis tersebut.
Selama ini, banyak pasiennya yang tak hanya berasal dari Pulau Dewata, namun ada juga dari luar daerah seperti Jakarta.
“Respons pasien setelah berobat luar biasa. Baru dikeluarkan pertama kali, pasien sudah merasakan perubahan dan mereka mau mengikuti saran dari kami,” paparnya.
Menurutnya, selama ini pihaknya sifatnya ingin memberikan pengetahuan bagaimana merawat diri, menjaga kesehatan fisik, pikiran yang tenang, dan meningkatkan spiritnya.
Gede Suardana sendiri memiliki latar belakang sebagai apoteker.
Ia menekuni pengobatan tradisional Bali selama 14 tahun dan semuanya berawal ketika ia pernah mengalami sakit.